Sebagian besar umat
Islam yang telah mendengar tentangnya, nama Ibn al-Qayyim al Jawziyyah adalah
bentuk tidak dapat dipisahkan yang dari gurunya, abad ke-7/13 Hanbali
pembaharu, Ibnu Taimiyyah
(Dari siapa yang
terkenal mengatakan: “Apa yang bisa musuh lakukan padaku surga saya dan taman?
di dada saya, dan jangan tinggalkan aku.)
Memang benar, pada
kenyataannya, bahwa Ibnul Qayyim adalah mengartikan prinsip dan penyunting
tulisan gurunya, dan kalau bukan karena dia, bahwa buku tebal hasil kerja
mungkin tidak akan pernah tercapai.
Juga benar bahwa
titik pandang Ibnu Taimiyyah memiliki jangkauan mendalam pada pria muda, yang
pada usia dua puluh satu tahun, ia menjadi mahasiswa dan pendamping. Salah satu
mahasiswa sendiri Ibnul Qayyim nanti akan menulis,
“Di atas segalanya,
cintanya kepada Ibnu Taimiyyah begitu besar sehingga ia tidak akan pernah
setuju dengan apa-apa katanya. Sebaliknya, ia mendukung dia dalam segala hal
dan adalah orang yang mengedit buku-buku dan menyebarkan ajaran-ajarannya“
Dalam fiqih dan
teologi, sebagai pria penulis dari posisi Hambali, dan Ibnu al-Qayyim
mengkritik hal yang sama dan yang syekhnya begitu gigih menentang :
- Inovasi /
Pengembangan (bid’ah)
- Yunani dipengaruhi
filsafat Islam
- Sh’ism
- Doktrin wahdat ul-wujud,
atau ‘kesatuan menjadi’ (dikaitkan dengan Ibn Arabi) dan dengan perluasan
- Bentuk-bentuk ekstrim
dari tasawuf yang telah dia dapatkan dari mata uang, terutama di kekuasaan
Muslim, Mamluk Mesir dan Suriah.
Namun, dua unsur
mengatur karya Ibnu Qayyim yang terpisah dari orang-orang dari syekhnya. Yang
pertama adalah nada. Ibnu Taimiyyah menulis ‘dengan mata’, seakan-akan, dan Ibn
al-Qayyim ditambahkan bahwa ‘jantung’.
Sebagai penyunting
kontemporer karyanya telah menulis, “Meskipun ia pindah dalam lingkup pengaruh
Ibnu Taimiyyah, mengikuti dia di sebagian besar aturan agamanya, ia lebih siap
dari gurunya untuk bersikap lembut dan ramah kepada mereka dengan siapa dia
berbeda. ‘sebuah contoh yang khas ini dapat ditemukan dalam magnum opus-nya,
Madârij as-Salikin (‘ Tahapan Travellers ‘), yang merupakan komentar panjang
pada sebuah risalah oleh abad ke-5/11 Hanbali Sufi, Abdullah al-Ansari al
Harrawî. Mengambil pengecualian untuk sesuatu Al-Anshari menulis, Ibn al-Qayyim
diawali komentarnya dengan, “Tentu saja aku mencintai syekh, tapi aku cinta
kebenaran yang lebih.“
Berikut ini sepuluh
nasihat Ibnul Qayyim rahimahullah untuk menggapai kesabaran diri agar tidak
terjerumus dalam perbuatan maksiat :
PERTAMA
Hendaknya hamba
menyadari betapa buruk, hina dan rendah perbuatan maksiat.
Dan hendaknya dia
memahami bahwa Allah mengharamkannya serta melarangnya dalam rangka menjaga
hamba dari terjerumus dalam perkara yang keji dan rendah sebagaimana penjagaan
seorang ayah yang sangat sayang kepada anaknya demi menjaga anaknya agar tidak
terkena sesuatu yang membahayakan nya.
KEDUA
Merasa malu kepada
Allah. Karena sesungguhnya apabila seorang hamba menyadari pandangan Allah yang
selalu mengawasi dirinya dan menyadari betapa tinggi kedudukan Allah di
matanya.
Dan apabila dia
menyadari bahwa perbuatannya dilihat dan didengar Allah tentu saja dia akan
merasa malu apabila dia melakukan hal-hal yang dapat membuat murka Rabbnya.
Rasa malu itu akan
menyebabkan terbukanya mata hati yang akan membuat Anda bisa melihat
seolah-olah Anda sedang berada di hadapan Allah.
KETIGA
Senantiasa menjaga
nikmat Allah yang dilimpahkan kepadamu dan mengingat-ingat perbuatan baik-Nya
kepadamu. Apabila engkau berlimpah nikmat maka jagalah, karena maksiat akan
membuat nikmat hilang dan lenyap …..
Barang siapa yang
tidak mau bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah kepadanya maka dia akan
disiksa dengan nikmat itu sendiri.
KEEMPAT
Merasa takut kepada
Allah dan khawatir tertimpa hukuman-Nya.
KELIMA
Mencintai Allah.
Karena seorang kekasih tentu akan menaati sosok yang dikasihinya …..
Sesungguhnya maksiat
itu muncul diakibatkan oleh lemahnya rasa cinta.
KEENAM
Menjaga kemuliaan dan
kesucian diri serta memelihara kehormatan dan kebaikannya. Sebab
perkara-perkara inilah yang akan bisa membuat dirinya merasa mulia dan rela
meninggalkan berbagai perbuatan maksiat.
KETUJUH
Memiliki kekuatan
ilmu tentang betapa buruknya dampak perbuatan maksiat serta jeleknya akibat
yang ditimbulkannya dan juga bahaya yang timbul sesudahnya yaitu berupa
muramnya wajah, kegelapan hati, sempitnya hati dan gundah gulana yang
menyelimuti diri. Karena dosa-dosa itu akan membuat hati menjadi mati.
KEDELAPAN
Memupus buaian
angan-angan yang tidak berguna. Dan hendaknya setiap insan menyadari bahwa dia
tidak akan tinggal selamanya di alam dunia.
Dan mestinya dia
sadar kalau dirinya hanyalah sebagaimana tamu yang singgah di sana, dia akan
segera berpindah darinya.
Sehingga tidak ada
sesuatu pun yang akan mendorong dirinya untuk semakin menambah berat tanggungan
dosanya, karena dosa-dosa itu jelas akan membahayakan dirinya dan sama sekali
tidak akan memberikan manfaat apa-apa.
KESEMBILAN
Hendaknya menjauhi
sikap berlebihan dalam hal makan, minum dan berpakaian. Karena sesungguhnya
besarnya dorongan untuk berbuat maksiat hanyalah muncul dari akibat berlebihan
dalam perkara-perkara tadi.
Dan di antara sebab
terbesar yang menimbulkan bahaya bagi diri seorang hamba adalah waktu senggang
dan lapang yang dia miliki. Karena jiwa manusia itu tidak akan pernah mau duduk
diam tanpa kegiatan.
Sehingga apabila dia
tidak disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat maka tentulah dia akan
disibukkan dengan hal-hal yang berbahaya baginya.
KESEPULUH
Sebab terakhir adalah
sebab yang merangkum sebab-sebab di atas, yaitu kekokohan pohon keimanan yang
tertanam kuat di dalam hati. Maka kesabaran hamba untuk menahan diri dari
perbuatan maksiat itu sangat tergantung dengan kekuatan imannya. Setiap kali
imannya kokoh maka kesabarannya pun akan kuat.
Dan apabila imannya
melemah maka sabarnya pun melemah. Dan barang siapa yang menyangka bahwa dia
akan sanggup meninggalkan berbagai macam penyimpangan dan perbuatan maksiat
tanpa dibekali keimanan yang kokoh maka sungguh dia telah keliru.
(Diterjemahkan dari
artikel berjudul ‘Asyru Nashaa’ih libnil Qayyim li shabri ‘anil ma’shiyah, http://www.ar.islamhouse.com)
No comments: